Tak selalu keadaan yang buruk tak bisa mengawali sesuatu yang baik. āSaya sakit, ga bisa apa-apa 2 bulan, itu titiknya saya mikirin hidup mereka yang punya keterbatasanā, cerita Ratna. "Ketika sembuh, saya keinget temen kantor lama, dia pernah kepengen belajar bahasa isyarat, dan nemu gurunya. Itu 19 tahun lalu. Begitu sembuh, saya minta nomernya. Belajar bahasa isyarat 1,5 tahun baru saya nemui temen difabilitas, berjalan waktu, mereka curhat sulitnya dapet pekerjaan, ga pernah dipanggil kalopun dipanggil ga diterima, dari situ, lahir Precious One.ā
āMulanya 1-2 orang, saya mencoba cari peluang buat mereka. Jadi dari karakteristik orang difabilitas tuh, ada jenis-jenis pekerjaan yang cocok apa. Down Syndrom, harus pekerjaan rutin dan motorik. Mereka bisa melipat, jadi bisa packing sendok untuk nasi box restoran. Saya ajarin pakai tutup kepala, masker dan hand sanitiser standar rumah sakit. 5 tahun setia dengan kepercayaan yang diberikan, sekarang mereka jadi supplier tunggal.ā
Ratna tak sungkan menawari perusahaan untuk mendatangkan 8 terapis Tuna Netra untuk memijat karyawan. "Mereka kerja, ga minta sumbangan. Pandemi, selain masker, kita juga launching produk nugget keraton buatan Tuna Netra. Mereka bisa masak, kita mentor, bikin 1 nugget enak, bikin 100 juga harus enak", kata Ratna.
Precious One bukan cuma organisasi, tapi jadi movement di kota mana aja oleh siapa aja. āProduk dari 1-2 item berkembang terus. Tas rumah tangga, sarung bantal, paper quilling jadi best seller. Kita bersyukur Asian Games 2018 ditunjuk bikin plakat VIP maskot dan bajunya. Kita berkolaborasi di daerah, rajutan dan alas kaki, kain tie dye Shibori, itu dibikin temen Autis di daerah, di Workshop baru kita, 'I Can Do'. Semua bisa diGrab."
Ratna bernazar dan berhasil menciptakan lapangan pekerjaan untuk difabilitas. āKonsepnya, mereka udah susah, kita permudah agar mereka bisa #TerusUsaha.ā